Jika semua bersandar padaku, aku harus bersandar kemana?

Tulisan ini terinspirasi dari karya indah milik Kak Idgitaf, dalam soundtrack film yang tak kalah indah "Home Sweet Loan".

Dalam banyaknya badai yang pernah terjadi dalam hidupku, aku sering kehilangan arah, terombang ambing tanpa pegangan.

Tanpa aku sadari, aku mulai kehilangan diriku sendiri. 

Diriku berkata lirih meminta pertolongan "Seseorang, tolong pegang tanganku, jangan biarkan aku pergi." Tapi satu-satunya orang yang bisa menolongnya sedang larut dalam badainya, sehingga ia tidak mendengar rintihan itu. Kemudian "Aku" hilang tanpa arti.

Masalahnya terletak pada badai. Badai itu terdiri atas segumpal rasa kecewa, sejumput rasa marah, sesendok rasa kesal, dan komposisi paling banyaknya adalah rasa tidak berdaya.

Aku hanyalah manusia, badai seperti itu bisa datang kapan saja memporak-porandakan segalanya, aku hanya butuh sandaran. Tapi jika semua bersandar padaku, aku harus bersandar kemana? Pertanyaan itu selalu melayang dalam kepala. Bereksperimen kesana-kemari mencoba berdiri di kaki sendiri tapi nyatanya kakiku serapuh itu, aku luruh tak berdaya, lusuh seperti baju usang di pojok lemari. Maka dari itu aku menemukan sebuah jawaban yang paling masuk akal. Bersandar pada sang Maha Kuat. 

Sibuk mencari sandaran dan memperkokoh kaki sendiri, ternyata aku lupa melihat keatas. Langit yang tanpa batas itu berdiri gagah tanpa sebuah penyangga, langit tak pernah mengeluh keberatan membawa awan-awan. karena ia tahu yang menciptakannya adalah sang maha segalanya. Kekuatan-Nya tak bisa kita tandingi dengan kaki kecil yang rapuh itu. Maka sandaran mana lagi yang kubutuhkan selain Dia Sang Maha Kuat.

Maka, Jadilah kuat wahai diri, sandaranmu sekuat itu. Maka katakanlah jika badai itu datang lagi, dan beban-beban itu kian berat lagi. "Ayok trabas aja, aku punya Dia yang Maha Kuat sebagai sandaran." ucapkan dengan keyakinan 1000%, sehingga...

semoga keajaiban dari-Nya meraih tanganku, tangan kita semua.

Kalian bisa dengar lagu "Berakhir di Aku" disini ya